Advertisment

Kamis, 30 September 2010

Patung Yesus Kristus yang tingginya setara gedung berlantai enam itu tersambar petir dan terbakar habis

OHIO (voa-islam.com) – Patung Yesus Raja Segala Raja yang menjadi lambang kota Ohio yang berdiri di di depan Gereja Evangelical Solid Rock, tersambar petir hingga hangus terbakar. Fenomena apakah ini?

Patung Yesus Kristus yang tingginya setara gedung berlantai enam itu tersambar petir dan terbakar habis. Bagian yang tersisa hanyalah kerangka baja yang hangus dan sisa-sisa bangunan.

Seperti diberitakan Associated Press, patung “The King of Kings” (Raja Segala Raja) itu merupakan ikon kota Ohio Barat Daya, Amerika Serikat, yang telah berdiri sejak 2004 di depan Gereja Evangelical Solid Rock, sebelah utara Cincinnati.

“Petir itu menyambar pada hari Senin, 14 Juni 2010, sekitar pukul 11.15 malam waktu setempat,” kata anggota polisi wilayah Monroe, Ohio.

Patung setengah badan setinggi sekitar 19 meter dengan lebar 12 meter itu dijuluki “Touchdown Jesus”. Julukan itu diberikan warga setempat karena posisi tangan Yesus yang menengadah mirip seorang wasit yang memberikan kode touchdown pada pertandingan football Amerika.

Rangka patung terbuat dari baja. Sedangkan bagian tubuhnya dibentuk dari busa plastik dan bahan fiberglass.

Dilaporkan, api berkobar dalam tempo yang singkat. Tapi nyaris saja api meludeskan gedung pertunjukan dan gereja yang lokasinya sangat berdekatan. Percikan api sempat membakar bagian atap gedung itu.

...Patung Yesus Kristus yang tingginya setara gedung berlantai enam tersambar petir dan terbakar habis. Bagian yang tersisa hanyalah kerangka baja yang hangus...

“Tidak ada korban luka dalam peristiwa ini,” kata kepala polisi Mark Neu.

Kendati demikian, nilai kerugian dari hangusnya patung lambang Ohio itu ditaksir mencapai Rp6,4 miliar. Sedangkan kerugian untuk atap gedung mencapai sekitar Rp3,6 miliar.

Gereja ini memiliki anggota sekitar 4.000 orang dan dibangun oleh pria yang pernah menjadi pedagang kuda, Lawrence Bishop bersama istrinya.

Berita ini adalah tamparan bagi kalangan kristiani yang gampang meyakini fenomena “penampakan Yesus” sebagai kuasa Tuhan. Seperti kejadian bulan Maret yang lalu, publik Kristiani merasa heboh dengan penampakan Yesus di wajan penggorengan babi yang hangus.

Peristiwa dialami oleh Toby Elles (22), warga Lancaster Inggris, yang tertidur ketika menggoreng daging babi. Ketika ia terbangun, daging babi itu sudah hangus. Ketika daging diangkat, wajan penggorengan nampak gambar siluet menyerupai wajah Yesus. Umat Kristen pun heboh dan meyakininya sebagai “Kuasa Ilahi” dan “penampakan” Yesus di atas penggorengan babi.

Ketika penggorengan babi muncul noda hitam bekas hangusnya daging babi yang menyerupai wajah Yesus, mereka mengimani sebagai “Kuasa Ilahi” dan “Penampakan tuhan Yesus.” Sekarang, ketika patung Yesus hangus tersambar petir, apakah fenomena tersebut diyakini sebagai Kuasa Ilahi yang membakar patung Yesus yang mereka pertuhankan? [taz/viv]

Menampakkan Diri di Tiang Telepon, 'Yesus' Dibabat Petugas PLN


LOUISIANA, AS (voa-islam.com) � Aneh-aneh saja keyakinan orang yang mengimani Yesus mati disalib untuk menebus dosa manusia. Mereka juga meyakini penampakan Tuhan dalam fenomena alam.

Setelah jemaat Kristen di Inggris meyakini Yesus menampakkan diri dalam sepotong daging babi yang gosong di wajan penggorengan, kini di Amerika sebagian jemaat Kristen meyakini Yesus menampakkan diri di tiang telepon.

Fenomena yang dianggap sebagai penampakan Yesus itu sejatinya adalah rambatan pohon anggur yang lebat di tiang telepon menjulang ke atas dan menyilang ke kiri dan ke kanan, menyerupai tanda salib di samping Jalan Raya Louisiana, Amerika Serikat.

Kalangan jemaat Kristen meyakini rambatan pohon anggur di tiang telepon itu sebagai penampakan ulang penyaliban Yesus Kristus.

Kemiripan itu dilaporkan para sopir yang melintas di jalur Highway 26 pedesaan jemaat gereja Jeff Davis. Rickey Navarre, salah satu dari para sopir, meyakini bahwa Yesus sedang menampakkan diri di tiang telepon untuk mengabulkan doa-doa manusia.

�jemaat Kristen meyakini rambatan pohon anggur di tiang telepon itu sebagai penampakan ulang penyaliban Yesus Kristus yang bisa mengabulkan doa�

�Gambar itu tertangkap oleh mata saya. Saya berkata dalam hati, bahwa gambar yang tergantung itu benar-benar mirip gambar Yesus yang sedang disalib di tiang telepon,� kata Navarre kepada stasiun televisi KPLC, sebuah stasiun televisi AS.

�Dia mungkin sedang mengatakan kepada kita, saya melihat kamu, saya akan menjawab doa-doamu,� tambahnya.

Meski banyak yang mengultuskan pohon anggur di tiang listrik tersebut, namun para pejabat setempat kurang terinspirasi oleh semangat keagamaan mereka. Para pejabat itu justru menilai fenomena ini sangat membahayakan keselamatan. Mereka mengatakan, rambatan anggur itu dekat dengan kabel tegangan tinggi dan telah ditandai untuk dipangkas sebelum beredarnya kabar yang mengaitkan hal itu dengan simbolisme keagamaan.

Setelah berita penampakan Yesus ini tersiar, petugas setempat langsung berinisiatif untuk memangkas daun anggur yang menutup tiang telepon tersebut. Pemangkasan ini untuk mencegah orang yang nekad naik ke tiang untuk bisa melihat lebih dekat kepada �Yesus�.

�manajer listrik setempat, menyatakan akan segera memangkas rambatan pohon anggur yang diyakini sebagai penampakan Yesus itu demi keamanan�

Mike Heinen, manajer PLN setempat, menyatakan akan segera memangkas rambatan pohon anggur yang diyakini sebagai penampakan Yesus itu demi keamanan.

�Kami akan segera memangkas pohon itu demi keamanan publik. Kami tidak ingin seseorang memanjat tiang itu atau berusaha menyentuh anggur,� tegasnya kepada KPLC, sebagaimana dikutip Telegraph, Senin (6/9/2010)

Setelah diyakini mati tragis di tiang salib, kini penampakan Yesus harus ditebang lagi di tiang telepon. Apa kata jemaat? [taz/dbs

Ternyata Musuh Amerika (Hanya) Sebuah Jamaah

Di Makkah Obama menghentak inspirasiku. Sudah lama saya mendengar silang sengkarut hubungan antara dua kata yakni Amerika dan Alqaeda. Persepsi spontan, kedua kata itu bermusuhan hebat. Amerika sangat memusuhi Alqaeda sebagaimana Alqaeda dengan gigih melawan Amerika. Keduanya sedang bertarung di panggung dunia. Semua orang menyaksikannya.

Saat santai di kamar 108 hotel Tiba Makkah sambil nonton televisi Aljazeera, tiba-tiba muncul sosok Obama sang presiden Amerika memberikan pernyataan di depan pers dunia. Tanggal menunjuk angka 10 September 2010, sehari sebelum peringatan sembilan tahun serangan 11 September 2001. Obama menekankan bahwa musuh Amerika adalah Tandhim Alqaeda, bukan agama Islam atau umat Islam.

Karena saya melihat tayangan dalam bahasa Arab, maka sebutan untuk Alqaeda adalah Tandhim, yang dalam bahasa Indonesia biasa digunakan istilah jaringan Alqaeda. Antara kata tandhim dengan jaringan ternyata memiliki konotasi makna yang berbeda. Tandhim bermakna organisasi yang rapi dengan struktur kepemimpinan yang solid sementara jaringan lebih berkonotasi longgar, sekedar saling tukar informasi. Penggunaan istilah tandhim untuk Alqaeda menggugah kesadaran saya, bahwa ternyata musuh Amerika, negara super power nomor wahid, musuhnya hanya sebuah tandhim. Dalam istilah lain, jamaah. Bukan negara atau superpower lain yang sejajar.

Pernyataan ini memang dilontarkan Obama untuk dua tujuan. Pertama, menyindir seruan pendeta Terry Jones yang menyeru untuk melakukan pembakaran Al-Qur'an pada hari peringatan 11 September, sebagai provokasi terhadap masyarakat Amerika agar membenci agama Islam atau umat Islam. Kedua, untuk mengaktualkan terus bahwa setelah sembilan tahun pasca Black September ternyata Alqaeda bukannya terdegradasi dari daftar musuh Amerika karena rapuh, tapi justru Obama tanpa canggung menegaskan bahwa Alqaeda makin eksis sebagai musuh Amerika, bahkan nomor wahid, dan dipandang kian berbahaya.

Siapakah Alqaeda? Sekali lagi, ia hanya sebuah tandhim atau organisasi atau jamaah. Alam bawah sadar saya tersentak, oh ternyata negara superpower tunggal dunia dengan segala cerita kehebatan teknologi tempurnya, musuhnya hanya sekumpulan manusia yang bersatu dalam ikatan jamaah minal muslimin bernama Alqaeda. Mereka seolah makhluq asing yang datang dari dunia lain. Sejenis 'manusia pra sejarah' yang hidup di goa-goa dan tidak pernah mau tunduk kepada Taghut dunia, dari bangsa manapun.

Musuh Amerika hanya sebuah organisasi (tandhim atau jamaah) bukan sebentuk negara yang juga super power dengan senjata canggih dan jumlah tentara yang menggentarkan. Tapi hanya organisasi kecil, dengan senjata ala kadarnya, belum punya tank apalagi pesawat. Andalannya hanya AK-47.

Obama sebagai pemimpin dunia baru (new world order) pasca rubuhnya pesaing kuat, Uni Sovyet, sedang mendefinisikan musuhnya. Musuh Amerika didefinisikan hanyalah 'gerombolan anak-anak kampung dan orang gunung' yang jauh dari bau peradaban Barat. Mengejutkan, imperium sebesar Amerika yang menepuk dada sebagai polisi dunia ternyata tanpa malu mendefinisikan musuhnya hanya sebuah jamaah kecil. Jelas ini merupakan kekalahan moral yang tak bisa dibantah.

Kalaupun pada akhirnya Amerika menang dalam pertarungan ini, tak ada kebanggaan apapun karena memang Amerika lebih banyak tentaranya, lebih canggih senjatanya, lebih kuat ekonominya dan lebih luas dukungan negara-negara lain. Tapi jika kalah, akan menjadi sebuah ending cerita yang heroik, betapa kelompok kecil mampu menumbangkan kekuatan raksasa, super power dunia.

'Makhluq Halus' Bernama Alqaeda

Tak ada yang menyangka, musuh yang paling membuat Amerika panas dingin dan menggigil ketakutan hanyalah sesosok jamaah Alqaeda yang belum punnya kantor, pegawai, apalagi negara. Mereka sejenis manusia nomaden modern yang tidak jelas kewarga-negaraannya. Di mana langit dijunjung, di situ bumi dipijak. Makhluq asing yang tidak jelas suku dan rasnya. Laksana Alien yang datang dari langit menginvasi bumi dalam kisah fiksi ala Hollywood.

Jumlah mereka juga tak banyak, hanya ribuan. Mungkin seribu, sepuluh ribu, seratus ribu atau lebih, tapi yang pasti di bawah satu juta. Susah menebak jumlah mereka, karena mereka memang 'makhluq halus' yang tak terdeteksi meski di tengah keramaian. Tak ada kartu identitas apapun yang bisa menunjukkan mereka sebagai warga Alqaeda. Tak ada kartu anggota, KTP apalagi Pasport.

Karenanya hati mereka juga tak tersekat oleh lembaran kartu identitas tertentu. Identitasnya tunggal: Hamba Allah di muka bumi. Allah ciptakan bumi luas, maka mereka maksimalkan untuk berkelana bebas tanpa pernah merasa asing di tanah manapun. Komitmen mereka hanya untuk umat Islam, apapun warna kulitnya.

Mereka disibukkan dengan pengabdian vertikal kepada Allah, sehingga tak sempat memikirkan untuk rebutan dunia dengan sesama manusia. Pandangan mereka lurus menengadah ke langit, sehingga jiwa dan raganya ringan laksana kapas terbang dari satu jengkal ke jengkal bumi yang lain dengan tujuan tunggal: Memastikan pengabdian kepada Allah semata. Hati mereka sudah digantungkan di langit, obsesinya obsesi langit, pikirannya sudah dengan pola langit. Ruhnya sudah di langit, hanya jasadnya yang masih berpijak di bumi. Oleh karenanya, tak ada lagi tersisa keluhan yang bersifat duniawi; soal harta, musibah, cercaan, intimidasi, penyiksaan, pengusiran bahkan pebunuhan. Semua keluhan duniawi yang bagi manusia dunia (karena mereka manusia langit) terasa berat dan bikin stres, bagi mereka menjadi semacam bumbu penyedap atau sejenis alunan tembang manis yang membuat hidup mereka lebih indah.

Mereka konon terdeteksi di pegunungan Afghanistan dan perbatasan Pakistan, ngumpet di goa-goanya ibarat makhluq pra sejarah, hidup dengan perkakas dari batu. Setidaknya itulah gambaran manusia Alqaeda di benak rakyat Amerika. Juga terlihat di Iraq, Cechnya, Somalia bahkan di Palestina. Tapi bisa tiba-tiba muncul di London meledakkan kereta yang menjadi sensasi luar biasa. Nongol di Madrid yang membuat Spanyol panas dingin karena serangannya yang mematikan. Lalu di Mumbai yang berpenampilan sebagai anak ABG penuh gaya tapi dengan percaya diri mengamuk sejadi-jadinya; memuntahkan peluru laksana permainan Playstation. Bahkan selentingan kabar menyebutkan bahwa mereka juga mampir di Jakarta untuk melakukan beberapa gebrakan mematikan, dan memoles Bali dengan kisah lain bukan hanya soal cerita indah pariwisata.

Jadi berapa sesungguhnya jumlah mereka? Jawabannya gampang; wallahu a'lam!. Apakah mereka sejatinya sedikit yang bisa terbang ke sana kemari sesuka hati, ataukah memang sudah beranak-pinak di berbagai negara, kota bahkan desa? Ataukah mereka bisa ganti kulit; kalau di Afghanistan berpostur Afghan, di Amerika berkulit putih, di Somalia berkulit gelap, dan di Indonesia berkulit sawo matang laksana bunglon?.

Entahlahlah, mereka ini jenis makhluk apa. Amerika bingung, NATO bingung, PBB bingung, Anda juga bingung. Saya? Udah duluan bingung!

Alqaeda Mengajukan Diri Sebagai Musuh Amerika

Kita bicara yang pasti-pasti saja. Bahwa mereka disebut oleh Obama sang presiden Amerika sebagai organisasi yang menjadi musuh Amerika. Hebat nih Amerika, menjadikan makhluq 'halus' sebagai musuh. Sekelas Nabi Sulaiman as yang bisa berinteraksi dengan dunia lain. Berkomunikasi dengan makhluq yang tak kasat mata.

Fakta ini membuka mata saya, untuk menemukan pelajaran penting dari pertarungan antara teri melawan kakap ini. Tandhim Alqaeda 'mendaftarkan diri' sebagai musuh Amerika dengan tidak melengkapi syarat dan ketentuan yang ditetapkan Amerika. 'Berkas' yang diajukan asal-asalan, tanpa dilengkapi akte pendirian organisasi, tak dicantumkan nama pengurusnya, wilayah yang telah dikuasai dan daftar senjata yang dimiliki. Amerika awalnya melihat 'berkas' yang diajukan Alqaeda dengan sebelah mata. Hampir didiskualifikasi dari daftar musuh Amerika karena dianggap tidak memenuhi syarat dan kriteria yang ditetapkan. Sedangkan 'pendaftar' lain, seperti Iran, Kuba, Korea Utara, Rusia, China, Jepang dan lain-lain, seluruh syarat dan ketentuan terpenuhi. Sangat cocok dengan kriteria musuh yang direncanakan Amerika.

Namun ketika masuk pada proses seleksi, semuanya berguguran. Ternyata yang lain hanya ikut-ikutan daftar untuk menjadi musuh Amerika, biar keren. Maklum, kalau kita menjadi musuh dari sosok yang hebat, pasti akan dianggap hebat juga. Pendaftar yang 'tulus ikhlas' hanya Alqaeda, oleh karenanya meski secara kriteria tidak masuk, karena ketulusannya dan semangatnya yang sangat kuat untuk menjadi musuh, Amerika akhirnya mengakui juga. Dan tanggal 10 September 2010 kemarin Obama mengumumkan bahwa pendaftar musuh yang lain dinyatakan tidak lulus, dan yang disahkan sebagai musuh yang sesungguhnya adalah Alqaeda.

Serangan WTC 11 September 2001 menjadi tonggak pengakuan Amerika. Mulai saat itu Alqaeda diperhitungkan namun sekian lama Amerika mencoba untuk menganggap remeh dan kecil. Alqaeda hanya diakui bahwa baunya ada tapi tak jelas sosoknya. Namun kini setelah sembilan tahun berlalu Amerika mulai mengakui eksistensi Alqaeda sebagai musuh yang nyata, melalui pernyataan Obama tersebut.

Meski selama ini Amerika memerangi Alqaeda, tapi ia mengabaikan eksistensinya. Kini setelah sembilan tahun berlalu, melalui bonekanya di Afghanistan, Amerika mulai mengakui eksistensi Alqaeda, meski dengan nama Taliban, karena memang dua nama ini dianggap satu kesatuan. Terbukti, pada tanggal yang sama dengan peryataan Obama, Hamid Karzai - sang boneka - menyeru Taliban untuk mau duduk membicarakan perdamaian. Untuk tujuan ini, Karzai sudah membentuk tim yang khusus untuk memulai melakukan pembicaraan dengan Taliban.

Pengakuan eksistensi ini mengingatkan kita dengan perjanjian Hudaibiyah yang untuk pertama kali pihak Quraisy duduk sederajat dengan umat Islam untuk membicarakan gencatan senjata. Artinya, musuh yang selama ini memerangi umat Islam dan tidak mau pengakui eksistensinya secara de jure, mulai menuliskan eksistensinya di atas lembar perjanjian. Peristiwa ini disebut sebagai fath (kemenangan) oleh Al-Qur'an dengan turunnya surat Al-Fath menyusul peristiwa tersebut.

Akan dibukanya pembicaraan yang melibatkan dua entitas sosial yang bermusuhan (Taliban + Alqaeda Vs Amerika) bermakna pengakuan eksistensinya secara de jure. Apalagi didukung dengan pernyataan Obama bahwa Alqaeda adalah musuh Amerika. Lengkap sudah kemenangan politik dan militer yang diraih Alqaeda dengan ijin Allah.

Menjadi Musuh Amerika yang Tidak Biasa

Sisi menarik dari Alqaeda adalah ia memposisikan diri sebagai musuh Amerika dengan kategori baru. Amerika mempersiapkan diri bertahun-tahun dengan dana nyaris tanpa batas untuk melawan musuh berwujud negara super power yang seimbang dengan dirinya. Inilah kategori tunggal calon musuh di mata Amerika. Oleh karenanya Amerika sibuk menciptakan senjata nuklir dan begitu takut negara lain memilikinya.

Teori kemengan satu-satunya adalah kemenangan teknologi militer. Dia yakin haqqul yaqin bahwa jika Amerika sekian langkah lebih unggul teknologi senjatanya dibanding negara lain, tak akan ada yang bisa mengalahkannya. Dahulu populer istilah perang bintang antara Amerika melawan Uni Sovyet. Konon katanya, tembakannya tidak lagi menggunakan peluru biasa, tapi sinar. Entahlah.

Tapi Alqaeda datang dengan kategori baru yang sama sekali tak diperhitungkan Amerika. Ia hanya sekumpulan anak kampung dan orang gunung yang mahir memainkan AK-47. Habitatnya adalah gunung-gunung terjal dan hutan belantara. Jumlahnya juga tak seberapa. Bukan negara. Tak memiliki dukungan ekonomi, politik dan teknoligi. Mereka hanya sekumpulan hamba Allah yang senjata utamanya adalah iman dan persaudaraan dalam Islam. Tapi memiliki tekad segarang singa. Belum pernah ada dalam teori pertempuran Amerika, sebuah jamaah kecil yang tak kasat mata akan menjadi musuh potensial. Kerangka teoritis untuk mengatasinya belum mereka temukan atau siapkan.

Dalam ilmu militer pertarungan semacam ini disebut sebagai pertempuran asimetris (gak nyambung). Amerika menginginkan musuhnya dalam kategori yang ia inginkan, tapi musuh berada pada kategori yang berbeda. Amerika membidik lurus ke depan, padahal Alqaeda berada di lobang persembunyian di bawah tanah. Amerika laksana petarung pakai pedang tapi dengan mata tertutup. Ia membabat ke kanan dan ke kiri tanpa tahu musuhnya dengan jelas. Akhirnya tenaganya terkuras dan sempoyongan.

Strategi Alqaeda ini membuat milyaran dolar kekayaan Amerika yang dibelanjakan untuk membuat senjata canggih menjadi terasa sia-sia. Karena yang dihadapi Amerika bukan semata pasukan tempur yang diorganisisr sebuah negara dan punya teritorial yang jelas, tapi kekuatan iman dan gagasan yang dengan cepat menyebar laksana virus, apalagi didukung berkembangnya internet. Alqaeda memang kecil jumlah personalnya, tapi ada di mana-mana.

Alqaeda Dipisahkan dari Umat Tapi Makin Mewakili Umat

Pernyataan Obama bahwa musuh Amerika adalah Tandhim Alqaeda dan bukan Islam atau umat Islam, pada sisi lain merupakan strategi untuk memisahkan Alqaeda dari umat Islam. Tapi makar ini lambat laun justru menjadi bumerang bagi Amerika.

Dengan kemenangan politik dan militer yang diraih Alqaeda melawan super power yang arogan semacam Amerika, semua penduduk dunia yang punya pengalaman panjang dizalimi Amerika akan menjadikan Alqaeda sebagai hero. Apalagi umat Islam. Tentu saja dukungan akan terus mengalir, apalagi jika Alqaeda dengan akurat mewakili kegelisahan mereka.

Awalnya Obama, Amerika, Barat dan PBB masih agak rabun untuk membedakan warga Alqaeda dari kerumunan besar umat Islam. Tapi akhirnya mereka berhasil mendeteksi, ada sejumlah perbedaan dan ciri khas yang bisa dijadikan alat untuk membedakan Alqaeda dari umat Islam, meski jelas lebih banyak unsur persamaannya.

Untuk alasan strategi, Amerika saat ini fokus membidik yang punya genetik Alqaeda saja. Amerika akan menghadapi dilema rumit jika umat Islam dinyatakan sama dengan Alqaeda. Jumlahnya sudah terlalu besar, tak mungkin dilawan.

Dengan kemenangan Alqaeda, tinggal menunggu waktu bahwa umat Islam dunia akan merasa menjadi bagian dari Alqaeda. Jika terjadi perang, terminologi yang paling pas saat itu adalah Perang Salib, suatu istilah yang pagi-pagi sekali sudah dikumandangkan oleh George W. Bush meski diralat dengan setengah hati. Cepat atau lambat kalimat ini akan kembali populer jika Alqaeda berhasil mewarnai pemikiran umat Islam sehingga semuanya menjadi Alqaeda.

Saat ini, nyaris tak ada satupun negara yang berani mengklaim bersih dari benih-benih Alqaeda. Ini merupakan bentuk sunnatullah kemenangan Islam gaya baru, bahwa semangat jihad dan iman bisa ditranfer melalui jaringan internet laksana virus yang menular. Sesuatu yang tak pernah terpikir sebagai cara berkembangnya jihad di masa lalu. Bahkan bukan hanya semangat jihad yang bisa ditransfer, tapi juga manual teknis operasi jihad bisa diajarkan melalui internat, sehingga dunia menjadi majlis taklim besar bagi mujahidin dengan sarana internat. Secara fisik di goa, tapi majlis taklim maya dihadiri jutaan pemuda di seluruh dunia.

Amerika jelas makin mati gaya menghadapi kenyataan ini. Manusia Alqaeda ternyata sedang duduk di warnet mempelajari manual bombing atau sekedar ngulik berita jihad. Padahal Amerika belum pernah punya teori mengalahkan musuh seperti ini. Apalagi sekarang sudah meningkat dengan hadirnya akses internet via HP. Terasa sia-sia uang yang dibelanjakan Amerika untuk membuat bom atom jika musuhnya jamaah tak kasat mata seperti Alqaeda.

Berakhirnya Era Terorisme

Penegasan Obama ini juga menandai akan segera berakhirnya era penggunaan istilah teroris dan berobah menjadi Alqaeda. Istilah teroris sudah kehilangan bobot karena sudah lama dan harus diproduksi istilah baru. Ibarat barang dagangan, life cycle product-nya sudah habis. Apalagi ditimpa sikap ekstrim kaum Yahudi dan Nasrani, misalnya seruan pembakaran Al-Qur'an oleh pendeta Amerika, larangan menara masjid di Eropa dan larangan cadar di sana. Semua ini menyebabkan ekstrimisme bukan ciri khas teroris lagi, tapi juga disandang oleh mereka yang dikenal demokratis. Maka istilah teroris sudah kehilangan elan vital.

Era George W. Bush istilah yang sangat ampuh adalah istilah teroris. Tapi era Obama, dipersempit menjadi Alqaeda. Ini jelas sebuah penghargaan tinggi untuk Alqaeda. Kualitas manusia bisa dilihat dari kualitas musuhnya. Kalau musuhnya berkualitas, seseorang dinilai berkualitas. Jika rendahan, begitu pua kualitas seseorang. Sebab, syetan tak pernah salah memilih musuh.

Makanya selalu menarik menyaksikan pertarungan antara Alqaeda melawan Amerika, karena manusia selalu suka menyaksikan pertarungan yang awalnya tak berimbang tapi kemudian endingnya yang lemah menang. Penonton akan merasakan kepuasan yang luar biasa. Sebaliknya, musuh akan terhina sehina-hinanya. Diolok-olok, ditertawakan dan akan ditulis dalam buku sejarah sebagai sebuah pelajaran penting, bahwa ada imperium raksasa dengan segenap kepongahannya hancur lebur oleh musuh kerdil dengan keteguhan imannya. Kisah Daud as melawan Jalut terulang dalam bentuk imperium modern.

Jamaah, Solusi Kelemahan Umat

Mereka yang apriori terhadap konsep jamaah atau tandhim mesti membuka mata lebar-lebar. Bahwa yang mampu melawan Amerika adalah sebuah jamaah yang merupakan lembaga swadaya umat, sama sekali tak disponsori suatu negara, baik kafir atau muslim.

Pernyataan bahwa jamaah pasti melahirkan madharat, tak terbukti. Madharatnya, menurut mereka, karena tak ada jamaah yang tidak melahirkan ta'asshub (fanatisme kelompok). Oleh karena madharat jamaah bersifat melekat tak bisa dipisahkan, maka jamaah menjadi sesuatu yang ditolak secara asas oleh Islam. Bahkan kalangan tertentu menganggapnya sebagai bid'ah.

Kelemahan argumen ini terletak pada anggapan bahwa fanatisme kelompok merupakan dampak melekat dari jamaah. Seandainya kita menerima argumen ini, maka Rasulullah saw menjadi orang pertama yang terkena kritik, karena Rasulullah saw mengelola umat Islam saat itu dengan konsep jamaah. Rasulullah saw berposisi sebagai amir atau imam, dan para Sahabat sebagai anggota.

Kelemahan kedua, ukuran dan bentuk jamaah yang ditolak itu seperti apa tak bisa dijelaskan. Sebab, kehidupan manusia tak bisa lepas dari jamaah. Mengelola sepakbola saja menggunakan konsep jamaah. Semua lembaga yang memiliki pimpinan dan anggota pasti berpola jamaah. Ada komitmen-komitmen yang disepakati olah seluruh anggota.

Zaman modern seperti sekarang teori pengelolaan jamaah makin matang. Ribuan buku dan penelitian dihasilkan para pakar untuk merumuskan manajemen - aspek inti dari jamaah. Bahwa kekuatan ada dalam jamaah, dan kelemahan melekat pada individualisme.

Problem kita sejatinya hanya apakah kita mampu mengambil sisi kekuatan jamaah dan mengikis fanatisme yang ditimbulkan? Siapapun yang mampu melakukannya, maka berjamaah baginya menjadi kebutuhan, dan meninggalkannya menjadi awal kelemahan.

Jihad Mutlak Membutuhkan Jamaah yang Solid

Prestasi Al-Qaeda yang penting untuk dicatat adalah bahwa ia mampu menggabungkan jihad dengan jamaah. Kombinasi ini jarang yang mampu melakukannya. Jihad merupakan amal kolektif sebab musuh yang dihadapi juga kolektif. Titik kelemahan pelaksanaan jihad yang dilakukan umat Islam selama ini terletak pada kelemahan jamaah yang mendukungnya.

Jihad sangat bertumpu pada komitmen kelompok atau jamaah. Komitmen ini bahkan merupakan puncak kemampuan manusia dalam memberikannya. Sebagai contoh, jika ada seorang mujahid yang tertangkap musuh dan disiksa sedemikian rupa untuk membocorkan informasi teman-temannya (jamaahnya), ia harus kuat menanggungnya sehingga temannya tidak terkena bahaya dari musuh. Harga komitmen ini adalah kematian. Artinya, dalam menjaga rahasia temannya ia beresiko menghadapi kematian. Adakah komitmen sesama teman melebihi komitmen yang dibutuhkan ibadah jihad?

Inilah tantangannya. Untuk sukses, jihad harus dilakukan oleh sekelompok orang yang memiliki ikatan komitmen satu sama lain yang sangat kuat hingga nyawa menjadi taruhannya. Komitmen sekuat ini hanya bisa dihasilkan melalui konsep jamaah yang solid. Maka problem berikutnya adalah mengenyahkan dampak fanatisme yang ditimbulkan oleh jamaah.

Jika sebuah jamaah bisa menggabungkan komitmen kuat untuk al-haqq tapi tidak berdampak lahirnya fanatisme kelompok, maka jamaah semacam ini menjadi faktor kekuatan yang amat dahsyat. Negara sekuat Amerika saja tak mampu menjinakkannya. Inilah kelebihan Al-Qaeda yang tak dimiliki jamaah lain.

Jamaah itu rahmat. Jika membawa madharat pasti karena ada kekurangan yang mesti diperbaiki. Bisa jadi karena al-haqq yang dipedomani tidak sepenuhnya al-haqq, tapi masih bercampur dengan batil. Atau karena komitmen yang mengikat unsur jamaah bukan al-haqq, tapi sekedar fanatisme kelompok. Atau karena individu yang ada di dalamnya tidak patuh dengan perintah yang mesti ia lakukan sebagai bentuk komitmen mentaati amir dalam perkara yang makruf. Atau ada yang tergoda untuk berebut dunia dengan sesama anggota jamaah. Atau karena jamaah yang dibentuk hanya karena sakit hati sehingga mengumpulkan orang untuk membalas sakit hati tersebut.

Berjamaah, Langkah Paling Realistis Sebelum Berjihad

Banyak kalangan mengabaikan hubungan yang sangat kuat antara jihad dengan jamaah. Mereka menganggap jihad bisa saja sukses tanpa didukung jamaah yang kuat. Mereka tertipu, karena menganggap ibadah jihad sesederhana ibadah shalat, zakat atau haji yang bisa dilakukan dengan spontan dan tanpa persispan yang matang.

Jihad berbeda sekali. Ibadah ini selain realisasi pengabdian hamba kepada Allah, ia juga realisasi bara' (kebencian dan permusuhan) hamba kepada musuh Allah, sekaligus refleksi wala' (empati, persaudaraan dan pembelaan) hamba terhadap para kekasih Allah - umat Islam.

Oleh karenanya, mutlak dihajatkan persiapan yang matang agar tercapai ketiga agenda tersebut, bukan semata agenda pengabdian kepada Allah. Agenda mengalahkan musuh Allah dan agenda memastikan umat Islam terselamatkan dari kedurjanaan musuh-musuh Allah harus menjadi fokus juga.

Jika jihad dilakukan asal-asalan, agenda yang diraih hanya agenda pengabdian kepada Allah sebagai ibadah sebagaimana shalat dan haji. Dan salah satu yang terpenting agar tidak asal-asalan adalah berjamaah sebelum berjihad.

Dalam aktifitas berjamaah, seseorang akan merasakan gesekan antar anggota jamaah baik dalam persaudaraan atau pelaksanaan perintah bersama. Seseorang akan bertemu dengan berbagai karakter yang akan menguji ketahanan mentalnya dalam kehidupan berjamaah. Kadang tersandung pengkhianatan yang dilakukan sesama anggota jamaah. Kadang ada amanat yang tidak tertunaikan, baik oleh dirinya atau oleh anggota lain. Kadang ada perintah yang terasa berat, tapi dalam lingkup makruf sehingga harus tetap ditaati.

Semua ini adalah dinamika kehidupan berjamaah. Jika kita belum lulus dalam mengarungi kehidupan berjamaah, akan lebih sulit untuk menjadi mujahid yang baik dalam shaff jihad di medan tempur. Di sana juga ada dinamika kelemahan individu, kesalahan memahami komando, pengkhianatan, dan semua persoalan kolektif lain.

Maka pelajaran lain yang bisa kita petik dari Al-Qaeda adalah komitmen mereka dalam berjamaah. Jamaah yang menjadi ruang berkumpul para aktifis jihad, yang saling diikat komitmen bersama dan dipimpin oleh sistem kepemimpinan yang solid. Ikatan persaudaraannya adalah iman dan wala' wal bara'.

Bila kita bisa mengambil pelajaran dari Al-Qaeda, tak harus menamakan kelompok kita dengan Al-Qaeda. Terutama pelajaran berjamaahnya. Apalagi untuk alam Indonesia yang tampaknya masih agak jauh dengan jihad musallah, pastikan kita gunakan waktu untuk belajar berjamaah dengan baik, agar kita bisa meresapi kehidupan kolektif yang sangat membantu kelak saat di medan jihad.

Selamat berjamaah sebelum berjihad !

(Tapi jamaah yang menjadikan al-haqq sebagai panglima, asyidda' 'alal kuffar, ruhama bainal muslimin, dan tidak menjadikan hujatan terhadap sesama muslim sebagai gaya hidup)

Selasa, 28 September 2010

Alasan Lengkap Warga Mustika Jaya Tolak Gereja HKBP


Peristiwa penusukan oleh sekelompok orang terhadap jemaat dan pendeta Huria Kristen Batak Protestan (HKBP) pada Minggu lalu (12/9) telah menyita perhatian publik. Masyarakat terbelah menyikapi insiden tersebut. Ada yang langsung mengecam, ada yang bersikap berhati-hati sebelum mengeluarkan sikap, dan tentu ada pula yang tidak mau tahu atas persoalan tersebut.

Sebuah media online, Rakyat Merdeka Online (RMOL), mengatakan bahwa mereka menerima e-mail bersifat surat terbuka dari salah seorang warga Mustika Jaya, Bekasi tempat keberadaan gereja HKBP itu, Rahmat Siliwangi. Menurut redaksi RMOL, surat ini sengaja dipublikasi agar menambah data pembanding bagi para pembacanya.

Berikut kutipan lengkap dari surat terbuka Rahmat.

SAYA warga mustika jaya, Bekasi hanya ingin sharing kenapa sebenarnya kami sulit untuk menerima kehadiran warga HKBP di daerah kami. Dua puluh tahun lalu seorang warga Batak mulai menjadikan rumah tinggalnya sebagai tempat kebaktian. Kami warga perumahan Mustika Jaya dapat menerima karena kami sangat menghargai toleransi dan kebebasan dalam memilih keyakinan.

Namun makin lama kami biarkan semakin banyak warga Batak yang sering mondar mandir di perumahan kami. Bahkan perilaku mereka yang tadinya hormat kepada warga sekitar menjadi arogan dan mau menang sendiri. Selain itu dalam aktifitas sehari hari mereka mulai tidak menghormati tetua warga dan warga asli Mustika Jaya, Bekasi. Seakan–akan tanah dan daerah ini milik mereka. Bahkan dalam acara–acara keluarga, mereka sangat mengganggu ketentraman kami sebagai warga asli.

Ini bukan masalah agama. Karena di tempat kami ada juga warga yang non muslim selain Kristen HKBP.

Warga selain muslim pun mulai keberatan dengan perilaku dan cara–cara warga HKBP dalam sosial kemasyarakatan. Kesimpulan kami bersama warga–warga non muslim selain jemaat HKPB, jemaat HKBP cenderung kasar, sembrono, tidak tahu diri, tidak tahu malu, menyebalkan, cara bicaranya keras dan sangat arogan.

Setalah sepuluh tahun kami biarkan, jika ada acara, mereka mulai mendominasi akses jalan kampung dan mereka mulai berani terang–terangan melakukan indimidasi terhadap warga sekitar yang keberatan dengan pola tingkah dan perilaku hidup mereka seperti mabuk, menggoda wanita–wanita dan putri–putri kami, mulai mengganggu tatanan adat masyarakat asli dan hukum yang berlaku.

Selain itu jika ada acara makan–makan, mereka mulai berani memotong babi dan anjing di sekitar kampung Mustika. Bahkan bau daging–daging itu sampai tercium kemana–mana. Mereka mulai berani keliling kampung dengan bernyanyi–nyani dengan suara dan logat khas batak.

Pemaksaan cara mereka inilah yang membuat kami sangat kesal dengan tingkah pola mereka. Bahkan mereka mulai berani mendirikan lapo–lapo tuak yang selalu memicu keributan disekitar daerah Mustika Jaya.

Kemudian, kami warga sekitar, baik itu muslim dan non muslim non HKBP sering mengadakan pertemuan untuk membahas keberadaan warga HKBP (meskipun sebagian besar hanya datang setiap hari Minggu). Kesimpulan dan kesepakatan warga, kami takut jika ini dibiarkan akan merubah tatanan masyarakat kami dari berbagai lintas agama dan suku lain selain Batak.

Perilaku mereka akan mengubah tatanan kemasyarakatan yang tadinya saling menghormati, toleran, sopan santun, menjadi arogan, mau menang sendiri, mabuk–mabukan dimana saja. Dan makan dengan makanan yang bagi kami sangat menjijikan. Seperti bakar babi dan anjing.

Dan kami pun mulai melaporkan ke Pemerintah Kota Bekasi mengenai keberadaan mereka sesuai apa adanya. Kami juga meminta Pemkot Bekasi bahkan Kepolisian dan Babinsa di daerah kami untuk berkata apa adanya dan menyelidiki secara langsung perilaku warga HKBP.

Karena yang kami sampaikan bukanlah omong kosong maka setelah hampir dua puluh tahun kami menderita dengan perilaku HKBP, oleh Pemkot Bekasi kegiatan jemaat mereka dianggap liar. Dan gereja di rumah seorang warga pun disegel oleh Pemkot Bekasi. (Tentunya dengan hasil penyelidikan selama waktu yang cukup dengan melibatkan Kepolisian dan Koramil setempat).

Jadi maksud saya membuat surat ini pada dasarnya bukan masalah didirikan gereja atau tidak dirikan gereja yang menjadi pokok permasalahan. Tapi yang akan mendirikan gereja di tempat kami adalah jemaat Huria Kristen Batak Protestan, yang menurut teman saya juga beragama Kristen tapi dari suku lain (Jawa, Maluku, Irian, NTT) mereka juga kurang suka dengan kelompok ini (HKBP). Karena di dalam persatuan gereja–gereja Kristen pun, selalu membuat masalah–malsalah tatanan sesuai pola arogansi kesukuan Batak mereka.

Saya hanya bisa berharap, surat saya ini bisa menjadi informasi pembanding dan pertimbangan yang objektif apakah apa yang saya sebutkan dengan perilaku mereka diatas itu salah atau mengada–ada. Khusus untuk teman–teman wartawan jika Anda ingin objektif silahkan survey warga Mustika Jaya Bekasi apakah yang saya sampaikan di atas benar atau tidak.

Dan saya surat saya ini juga ditujukan Warga HKBP untuk bercermin terhadap perilaku mereka, berperilakulah seperti manusia, kalau ingin dihormati dengan sebenarnya hormatilah tatanan masyarakat sekitar. Kita ini orang timur, “Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung.” Kalau tidak dimanapun anda berada kalian tidak akan pernah diterima oleh suku manapun!

Kami takut jika mereka jadi bermukim di Mustika Jaya, tatanan kehidupan sosial kami berubah, kami takut anak–anak kami menjadi para pemabuk, keras kepala, kekerasan meningkat, kejahatan meningkat, sekali lagi kami bukan tidak mau menerima umat kristiani. Yang tidak kami terima mereka ini HKBP.

Salam,

Agustus 2010,
Mustika Jaya Bekasi

Rahmat Siliwangi

Surat di atas dikutip dari RMOL pada hari Jum’at, 17 September 2010 , 15:25:00 WIB. Namun ketika berita ini diterbitkan, sumber di RMOL tersebut tidak bisa dibuka kembali. Jika diakses URLnya (http://www.rakyatmerdeka.co.id/news.php?id=4062), berita tersebut tidak ada dan hanya muncul halaman kosong. Belum jelas penyebabnya. (h)

Klarifikasi FPI Ciketing

Jakarta. Ketua Umum Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab angkat bicara terhadap insiden Ciketing Bekasi.

”Perisitwa Bekasi Ahad 3 Syawal 1431 H/12 September 2010 bukan perencanaan, tapi insiden. Bukan penghadangan tapi perkelahian. Bukan penusukan tapi tertusuk. Karena sembilan pelaku adalah ikhwan yang sedang lewat berpapasan dengan 200 HKBP. Lalu terjadi perkelahian, saling pukul, saling serang, saling tusuk, saling terluka,” ujar Habib Rizieq pada Republika, di Jakarta, Kamis (16/9).

Ditambahkan Habib Rizieq, jika perencanaan, mana mungkin sembilan ikhwan berbaju Muslim dengan identitas terbuka. ”Jika penghadangan, mana mungkin sembilan menghadang 200 orang. Jika penusukan, mana mungkin sembilan ikhwan lebam-lebam, luka, patah tangan, bahkan ada yang tertusuk juga,” jelasnya.

Menurut Habib Rizieq, Ketua FPI Bekasi Raya dinonaktifkan DPP FPI bukan karena salah, tapi untuk melancarkan roda organisasi FPI Bekasi Raya yang teramat berat tantangannya.

”Beliau pejuang, bukan pecundang, beliau tidak ada di lokasi kejadian. Beliau hanya kirim SMS ajakan kepada umat Islam untuk membela warga Ciketing, tapi dituduh sebagai provokator. Sementara para Pendeta HKBP yang mengajak, membawa dan memimpin massa Kristen serta memprovokasi warga Muslim, tak satu pun diperiksa,” papar Habib Rizieq.

Bahkan menurut Habib Rizieq, muncul sejumlah pertanyaan terkait penanganan insiden Bekasi oleh aparat. Pertanyaannya, lanjut dia, mengapa para pendeta HKBP yang jadi provokator insiden tidak diperiksa.

Lantas, kata Habib Rizieq, mengapa kegiatan HKBP setiap Ahad di Ciketing yang menggelar konvoi keliling perumahan warga Muslim dengan lagu-lagu gereja secara demonstratif dibiarkan. ”Kenapa dua pendeta yang membawa pistol dan menembakannya ke warga pada insiden 8 Agustus 2010 tidak ditangkap? Kenapa dua jemaat HKBP, Purba dan Sinaga yang membawa pisau saat insiden 12 September 2010 sudah ditangkap lalu dilepas. Kenapa jemaat HKBP yang memukul dan menusuk sembilan ikhwan tidak ditangkap? Keadilan harus ditegakkan,” tegasnya. (Endro Yuwanto/Rahmat Santosa B/RoL)

Rabu, 02 Juni 2010

16 Orang di Kapal Mavi Marmara Syahid


Korban tewas akibat serangan Israel terhadap kapal kemanusiaan Mavi Marmara terus bertambah. IHH (Insani Yardim Fakvi), lembaga kemanusiaan Turki yang menjadi koordinator kapal bantuan, melaporkan sudah 16 korban yang syahid.

“Menurut IHH, 16 orang dilaporkan telah terbunuh,” demikian kata Direktur Operasional Sahabat Al Aqsha, Amirul Iman, Senin (31/5/2010). Data yang sama juga dipublikasikan Al Jazeera.

Menurut Amirul, sementara jumlah korban luka juga masih menunggu data terbaru. Data terakhir 50 orang luka-luka akibat serbuan Israel terhadap rombongan Armada Kebebasan (Freedom Flotilla).

“Dan sampai sekarang kami masih belum bisa menelepon satu pun dari 12 WNI yang ikut dalam rombongan,” jelasnya.

12 WNI yang berada di kapal Mavi Marmara terdiri dari wakil tiga lembaga swadaya masyarakat KISPA, MER-C (Medical Emergency Rescue Committee), dan Sahabat Al-Aqsa. Dari 12 orang itu, juga ada lima wartawan, yaitu Aljazeera Indonesia, TV One, Hidayatullah.com, Majalah Alia, dan Sahabat Al Aqsha.

Amirul meminta masyarakat Indonesia bersama-sama mendoakan keselamatan mereka. “Kita di sini usai salat Dzuhur membaca qunut nazilah dan salat gaib untuk mereka yang meninggal,” kata Amirul.

Serangan terhadap kapal kemanusiaan ‘Mavi Marmara’ oleh Israel diyakini akan menyulut protes internasional. Sebabnya, banyak perwakilan organisasi dari puluhan negara bergabung dalam misi bantuan untuk Palestina itu.
“Kita terkejut untuk sebuah aksi damai yang melibatkan 40 negara lebih, diserang oleh Israel. Bahkan itu masih dalam perairan internasional. Ini bisa mendorong timbulnya tuntutan dunia internasional,” ujar anggota Komisi I DPR FPKS, Al Muzammil Yusuf kepada detikcom, Senin (31/5/2010).

Menurut Muzzamil, tidak hanya Israel yang akan mendapatkan tekanan. Namun Amerika Serikat, yang selama ini membela Israel juga akan mendapat tekanan dari seluruh dunia.

“Ini akan menjadi tekanan serius kepada Amerika yang selama ini mendukung Israel. Saya kira akan menjadi isu internasional,” terang politisi asal Lampung ini.

Muzammil mengatakan, DPR akan terus mengikuti perkembangan yang terjadi, dan dalam waktu dekat akan berkoordinasi dengan Deplu terkait nasib WNI yang ada dalam kapal tersebut. Muzammil menambahkan, peristiwa ini tidak akan menyurutkan DPR untuk terus menggalang bantuan untuk rakyat Palestina.

“Akhir Juni kita akan bertemu Parlemen Mesir untuk membicarakan terkait bantauan untuk Palestina,” tegasnya.

Selasa, 01 Juni 2010

Israel Serang Kapal Kemanusiaan

Korban tewas terus bertambah dalam penyerangan kapal Mavi Marmara dan 5 kapal lain dalam Armada Kebebasan (Freedom Flotilla) yang dilakukan pasukan Israel.

Hingga kini sebanyak 10 orang diyakini telah syahid dalam penyerangan terhadap konvoi enam kapal kemanusiaan di perairan Gaza tersebut.

Demikian menurut organisasi Free Gaza Movement, seperti diberitakan Al Jazeera, Senin (31/5/2010). Free Gaza Movement merupakan kelompok yang mengorganisir keberangkatan armada Freedom Flotilla ini.

Menurut kelompok tersebut, enam kapal yang ikut dalam konvoi kemanusiaan ini saat ini sedang diderek menuju Kota Haifa, Israel dan bukan menuju Kota Ashdod guna menghindari para jurnalis yang telah menanti.

Kapal Mavi Marmara dan 5 kapal lain dalam Armada Kebebasan (Freedom Flotilla) diserang tentara Israel. Kapal tersebut dibawa Israel ke suatu tempat dan nasib 12 WNI di kapal tersebut belum diketahui.

“Kapalnya sekarang dibawa Israel ke tempat yang belum kita ketahui. 12 WNI di kapal itu juga belum ada yang bisa kita telepon,” kata Direktur Operasional Sahabat Al Aqsha, Amirul Iman, Senin (31/5/2010).

Menurut Amirul, seluruh WNI berada di kapal Mavi Marmara. Kapal ini membawa 700 aktivis dari sekitar 50 negara. Armada Kebebasan juga terdiri dari 3 kapal barang dan 2 kapal penumpang kecil.

“Kapal-kapal yang lain juga tidak jelas nasibnya,” katanya.

Sementara itu situs-situs yang memberitakan penyerbuan di lepas pantai Gaza tidak bisa diakses. Sahabat Al Aqsha berkomunikasi dengan IHH (Insani Yardim Fakvi), lembaga kemanusiaan Turki yang menjadi koordinator tim bantuan itu, hanya lewat Twitter dan Facebook IHH.

“Komunikasi kita tinggal lewat Twitter dan Facebook IHH. Karena kita juga tidak bisa menelepon teman-teman kita,” ujar Amirul.

Ada 12 WNI di Mavi Marmara. Mereka terdiri dari wakil tiga lembaga swadaya masyarakat KISPA, MER-C (Medical Emergency Rescue Committee), dan Sahabat Al-Aqsa. Dari 12 orang itu, juga ada lima wartawan, yaitu Aljazeera Indonesia, TV One, Hidayatullah.com, Majalah Alia, dan Sahabat Al Aqsha.

Sementara itu, DPR mengecam serangan Israel tersebut dan meminta PBB turun tangan. Anggota Komisi I DPR Almuzammil Yusuf meminta pemerintah Indonesia segera mengambil tindakan dengan meminta PBB bersikap atas kasus ini.

“Pemerintah kita harus menekan PBB untuk memaksa Israel melakukan diplomasi dengan Palestina dan menempuh jalur perdamaian. Karena tidak ada lagi yang bisa menghentikan Israel kecuali Amerika,” kata Muzammil kepada detikcom, Senin (31/5/2010).

Menurut politisi PKS ini, pertemuan SBY dengan Presidan AS Barrack Obama harus dimanfaatkan juga untuk membahas masalah konflik Israel-Palestina. Apalagi beberapa waktu lalu SBY sudah bertemu dengan Presiden Palestina Mahmud Abbas.

“Pemerintah Indonesia harus menyampaikan semangat perdamaian untuk Palestina langsung ke PBB dan Presiden AS. Pertemuan dengan Obama dalam waktu dekat harus dimanfaatkan pemerintah Indoensia untuk mendesak AS menengahi konflik Israel dan Palestina,” pintanya.

Anggota Komisi I DPR ini menilai penembakan kapal misi kemanusiaan sudah sangat melanggar HAM. Karena itu semua kekuatan negara Islam harus bersatu menghadapi Israel dengan berbagai cara dan daya yang dimiliki.

“Israel sudah terlalu sering melakukan kejahatan kemanusiaan. Jangankan kapal misi kemanusiaan, rumah sakit dan sekolah saja mereka bom. Kejahatan Israel terus-terusan sekalipun ganti Perdana Menteri. Negara Arab seharusnya bisa memaksa Israel,” jelasnya.

Bukan Taliban, Bukan Erdogan Tapi HAMAS


Tesis Prof. Yazid Shayi’ berjudul “Tiga Tahun Pemerintahan Hamas di Jalur Gaza” yang diterbitkan oleh Pusat “Karawan” Studi Timur Tengah di Universitas Brandez yang kemudian diterjemahkan oleh Pusat Studi Zaitun menegaskan bahwa elit-elit Hamas menampik niatnya menerapkan proyek Islam di Jalur Gaza secara paksa. Elit Hamas menegaskan, bahwa contoh pemerintahan yang dicitakan Hamas adalah Turki yakni pemerintahan Partai Keadilan dan Pembangunan bukan contoh Pemerintahan Taliban. “Erdogan, Bukan Taliban.” Simpul elit Hamas itu. Bahkan Prof. Yazid Shayi’ menambahkan saat mamaparkan politik komperhensif dalam memerintah Jalur Gaza dengan sub judul “Erdogan atau Taliban”.

Meski tidak menyebutkan pasti kutipan elit Hamas yang mana, namun Prof. Shayi’ menyebutkan Dr. Ahmad Yusuf dan Dr. Ghazi Hamd sebagai pendukung orientasi ini. Namun penulis tidak pernah mendengar atau menulis kutipan di atas berasal dari Dr. Ghazi. Penulis hanya pernah membaca tulisan Dr. Ahmad Yusuf di Koran Al-Quds soal kedekatan platform politik Hamas dengan platform Erdogan. Bahkan Hamas mengungkap kekagumannya dan ingin mengkloningnya di Palestina. Penulis juga pernah mendengar Dr. Ahmad Yusuf menyatakan dalam seminar yang digelar Hamas di Rafah bahwa Hamas sering menyatakan kepada dunia internasional bahwa dirinya satu jalan dengan PM Turki Receb Taeb Erdogan dan bukan jalan yang ditempuh gerakan Taliban. Meski penulis tidak mendengar langsung dari Dr, Ahmad Yusuf, maka belum bisa dipastikan bahwa maksudnya ingin membatas contoh pilihan Hamas; Taliban atau Erdogan, tidak ada yang ketiga. Barangkali beliau hanya ingin menegaskan keluwesan dan fleksibelitas Hamas. Ini dilakukan Hamas untuk menjelaskan kepada barat yang sebagiannya tidak bisa memahami Hamas. Di tambah lagi kampanye media Arab, Israel, barat dan otoritas Fatah bahwa Hamas ingin mendirikan pemerintahan “kegelapan” di Jalur Gaza.

Ada kesalahan teoritis dan sistematis dalam pendekatan ini hitam putih saja dalam kasus Islam. Seakan hanya ada dua contoh yang kontradiksi sama sekali, tak ada tengah-tengahnya. Cara pandang seperti ini tidak bisa diterima. Apalagi dalam dunia politik dan pemikiran yang luwes. Jika tidak Erdogan apakah harus selalu Taliban, atau sebaliknya. Siapa yang mau menerima logika seperti ini dan menjadikan sesuatu yang dijadikan Allah luas dan luwes menjadi sempit. Apakah benar Hamas, kalau tidak Taliban berarti Erdogan.

Padahal kasus Islam pada dasarnya lebih kaya dan berfariasi dalam bidang pemikiran dan platform politiknya yang bisa melampaui dua contoh di atas. Kenapa misalnya tidak kita anggap eksperimen pemerintah Sudan. Padahal elit Partai Keadilan Turki pun menampik karakter Islam dari partainya dengan makna di atas, bahkan menegaskan partainya sekuler.

Di level realitas, eksperimen Taliban dan Erdogan menunjukkan bahwa kedunya membangun sistemnya di atas miluinya yang khusus setelah mereka melakukan kajian kritis dan menentukan pilihannya bahwa mereka harus memulainya dari miliu itu. Keyakinan fiqih dan persepsi pemikiran Taliban tidak mengakar di miliu Afganistan atau miliu benua kecil Hindia secara umum. Fiqih Taliban adalah fiqih madrasah Dibandiyah Hanafi yang tersebar di benua kecil Hindia yang diterapkan secara strike. Secara fundamental Taliban berbeda dengan para sekutunya dari kelompok jihadiyyin Arab yang menolak – karena akidah salafiyahnya – pemikiran akidah Maturidiyah Taliban dan sikapnya menyuburkan tasawuf yang tersebar di Afganistan secara umum.

Di level politik, Taliban bertentangan dengan sekutunya dari kalangan Jihadiyyin Arab ketika (Taliban) menggelar hubungan diplomasi di awal-awal pemerintahannya dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Pakistan. Sikap Taliban ini bertentangan dengan prinsip Al-Qaidah yang lebih dikenal sebagai Salafi Jihadi yang menilai negara-negara itu sebagai thagut. Taliban sendiri di PBB mengakui negara-negara itu dimana Al-Qaidah menganggap PBB juga thagut. Taliban juga memiliki Menlu dan dubes serta diplomat yang berusaha membuka akses dengan pihak yang dianggap Al-Qaidah sebagai rel thagut dan kafir. Taliban juga mengakui penjajahan Amerika. Setelah itu Taliban hanya membatasi jihadnya di Afganistan. Ini berbeda dengan Al-Qaidah dan Taliban (cabang) Pakistan.

Jadi, Taliban membangun miliunya dan bukan produk pemikiran luar yang diterapkan di masyarakat Afganistan. Ia tidak bisa dikritisi sama sekali dengan melupakan landasan penting ini. Pandangan ini bisa diterapkan kepada eksperiman Erdogan yang berusaha merangkum semua pengalaman Islam Turki di masa lalu dalam konflik panasnya dengan system sekuler unik yang sangat keras, berpengaruh. Masyarakat Turki sangat kebarat-baratan. Hubungan mereka dengan agama bisa dibilang hanya sebatas simbolis formal dari memandikan mayit, menguburkannya sesuai dengan Islam, membaca Al-Fatihah di kuburannya. Sementara hubungan mereka dengan masyarakat Eropa yang Kristen begitu kental. Sebuah kasus yang tidak ada sama sekali di dunia Arab. Meski kebanyakan masyarakat Arab yang terpengaruh dengan westernisasi, sikap beragama masih begitu kental di segala bidang. Bahkan di negara Arab yang bebas sekalipun, namun mereka masih menjaga batasan-batasan Allah dan syiar ibadahnya.

Namun di level politik resmi pemerintahan, hampir tidak ditemukan konstitusi Arab yang mengundangkan Islam sebagai sumber asasi hukumnya. Para pemimpin di negara yang menunjukan gaya hidup barat dan sikap politiknya yang menjauhi gerakan Islam dan loyal kepada barat, kita temukan mereka tetap berusaha menunjukkan Islam dengan cara lain. Pemimpin di Maroko disebut Amirul Mukmimin dan menjaga ajaran-ajaran Hasan. Pemimpin di Libia memimpin shalat dalam beberapa kesempatan dan berkhutbah dan memiliki pendapat entan tentang Islam dan fiqih. Pemimpin Saudi adalah Pelayan Dua Kota Suci. Pemimpin Jordania adalah keturunan keluarga Rasul dan pelayan Masjid Al-Aqsa. Di semua negara Arab – termasuk Tunis – para pemimpinnnya berusaha menampakkan Islamnya dan religinya dalam bentuk lahir formil. Ini yang tidak kita temukan di Turki. Ini jika kita dukung anggapan bahwa Erdogan membawa proyek Islam yang berusah memulai kehidupan Islam di Turki dengan metode yang berbeda yang ‘bersembunyi di balik sekularisme dengan alasan menjaga karakter khusus Turki. Namun ini hanya analisis bukan pemastian yang didasarkan kepada emosional, harapan, simpati yang bersumber prasangka baik.

Sekedar seruan mengkloning pengalaman tanpa memperhatikan perbedaan-perbedaan kondisi Turki dalam segala bidangnya dan kondisi masyarakat Arab secara umum, termasuk Palestina, maka itu hanya seruan lugu yang kehilangan jatidiri dan ideology. Seakan anak muda yang silau dengan eksperimen Partai Keadilan dan Pembangunan (eksperimen Erdogan). Padahal Erdogan sendiri memiliki banyak kritikan terhadap sebagian politik Hamas.

Siapa yang lebih layak dijadikan contoh untuk dilakukan studi dan ditiru dalam eksperimen pemerintahan? Padahal kedunya belum pernah mengetahui contoh di luar wilayah mereka. Berbeda dengan Hamas yang terkenal dengan perlawanannya terhadap penjajah Israel. Bahkan kini ia memiliki pengalaman khusus dalam memerintah dalam situasi yang khas sekali dan berbeda dengan situasi di Afganisten yang diperintah Taliban pada saat penjajah asing sudah hengkang. Pada saat itu ia hanya terlibat dalam konflik internal. Sementara Turki sendiri adalah negara besar dan merdeka. Hamas sekarang ini memiliki eksperimen di pemerintahan secara khusus dan unik. Sebab ia berada dalam penjajahan dan pemerintahannya bukan aspirasi negara namun pemerintahan warga yang terblokade. Sementara Otoritas Palestina yang dipimpin Abbas dan Fayyad berada langsung di bawah penjajah Israel. Hamas adalah gerakan yang menjadi penguasa, dikuasai dan pada saat yang sama melakukan perlawanan terhadap penjajah. Ini contoh yang belum ada sebelumnya.

Jika Taliban membangun miliunya, jika Partai Keadilan dan Pembangunan membangun miliu politik dan social Turkinya, maka Hamas juga memilih jalur khusus dalam dakwah dan pemikiran serta jihadnya. Dalam hal ini Hamas menjadi contoh khusus dalam tanggungjawab kekuasaan, pemerintahan public rakyat yang sesuai dengan kondisi, realitas dan watak bangsanya serta nilai-nilai yang berlaku di sana. Apalagi Hamas juga memiliki visi dan misi dasarnya. Dari sini maka kita memiliki contoh lain; Hamas selain Taliban dan Erdogan. Namun hal ini tidak menghalangi Hamas mengambil pelajaran dari eksperimen lainnya bahkan merupakan keharusan. Sebab “hikmah adalah baranghilang seorang mukmin yang ditemukan”. Yang tidak kita terima adalah anggapan adanya kesamaan persis dengan dua contoh sebelumnya, atau anggapan bahwa Hamas mengkloning pengalaman mereka secara penuh.

Erdogan bukan pertama kali – di antara umat Islam – yang menganut gagasan menghargai kehendak, pilihan manusia dan hak-haknya, menerima pluralitas kepartaian, partisipasi politik dan peralihan kekuasaan secara damai. Bahkan ini sudah menjadi prinsip fiqih dan pemikiran serta sikap politik gerakan Islam beberapa tahun lalu di dunia Arab dan Islam sebelum Erdogan. Ketika Hamas menganut gagasan ini, bukan berarti ia adalah klon Palestina dari partai Keadilan dan Pembangunan Turki. Bahkan fleksibelitas Hamas yang didasarkan kepada maqasid syariah dan prinsip-prinsip politik Islam tidak berarti Hamas melewati prinsip dasar yang melatarbelakangi berdirinya gerakan ini. Alasannya, jika Hamas bukan Partai Keadilan dan Pembangunan bukan berarti seperti Taliban.
Dalam konteks ini, penting rasanya memaparkan sejumlah prinsip Hamas yang tidak mungkin dilanggar Hamas sehingga tidak memaksakan diri menyamakan Hamas dengan Erdogan:

1. Tidak dibenarkan sama sekali melakukan konsesi meski hanya sejengkal tanah Palestina dengan cara mengakui eksistensi Israel. Pendakatan politik untuk membebaskan blockade atau permusuhan Israel terhadap Hamas, tidak boleh mengorbankan prinsip ini. Termasuk pengalaman Pemilu dan pemerintahan hingga keputusan menguasai Jalur Gaza secara militer semuanya dilakukan dalam rangka kepentingan perlawanan. Tidak boleh sama sekali pengalaman memerintah kemudian membatalkan perlawanan sebab Hamas lahir dalam rangka menjaga hak perlawanan bangsa Palestina dan hak generasi mendatang di Palestina dan kewajiban mencabut eksistensi Israel dari Palestina.

2. Hak kembali pengungsi Palestina ke tanah air mereka adalah hak nasional dan bukan hak pribadi warga Palestina yang terusir. Hak ini bagian dari hak mengambil semua wilayah Palestina dan penolakan terhadap legaliatas penjajaha Israel. Adapun ganti yang diterima oleh pengungsi Palestina sebagai kompensasi atas tindakan pengusiran, kejahatan yang mereka terima selama bertahun-tahun, bukanlah pengganti hak kembali atau tanah yang dirampas Israel. Anggapan bahwa hak kembali pengungsi Palestina sebagai hak pribadi dan menerima ganti rugi dari pengusiran itu sama halnya dengan jual beli tanah. Itu sama halnya dengan menjual tanah di Tepi Barat untuk yahudi. Barangsiapa yang ingin kembali ke Palestina dan menerima ganti rugi sebagai harga tanahnya dari yahudi maka tanah itu tetap menjadi milik Palestina secara umum.

3. Tindakan dan sikap politik apapun, termasuk gencatan senjata, harus dilakukan dalam lingkup perlawanan melawan penjajah. Artinya, perlawanan tetap dilakukan dan tidak akan hilang. Selama ada penjajahan maka di situ ada perlawanan. Jika ada upaya politik ingin melucuti senjata perlawanan maka itu sudah melanggara prinsip gerakan Hamas.

4. Gerakan Hamas memiliki proyek Islam yang jelas dan terang. Meski Hamas tidak akan memaksakan proyek Islam itu kepada warga namun ia tidak akan berlepas dari identitas Islamnya. Dalam hal ini manusia tidak perlu takut. Ketakutan itu tidak berdasar dan hanya jadi alat politik dari sejumlah kelompok. Sebab bangsa Palestina adalah Muslim dan proyek Hamas paling sesuai dengan akar bangsa Palestina, warisan budayanya daripada proyek lainnya. Hamas tidak akan merampas hak pribadi. Ketika rakyat memilih Hamas sebagai wakilnya, mereka sudah paham bahwa ia beridentitas dan memiliki proyek Islam. Rakyat Palestina sudah paham Hamas sebagai gerakan dakwah sebelum sebagai gerakan jihad dan politik. Ini bukan berarti Hamas menjadi Taliban sebab Hamas tidak memaksa manusia untuk komitmen dengan proyeknya, visi fiqih dan pemikiran Hamas bersifat toleran, fleksibel, riil dan meyakini pluralitas.

5. Meski berproyek Islam namun bukan berarti Hamas berlepas diri nasionalisme dan kearabannya. Sebab tidak ada kontradiksi antara Islam sebagai akidah dan identitas dengan identitas nasionalisme atau kearabannya.